Athari Farhani Penulis Buku Dari Nusantara ke Kosmodrom dan Dudakova Taisia Olegovna Pengajar Bahasa Rusia Pushkin Institute.
“Buku Dari Nusantara ke Kosmodrom: Senandung Pena dari Orbit Moscow” lahir dari pengalaman nyata Athari sejak pertama kali menjejakkan kaki di Moscow, Rusia, pada musim dingin. Dengan semangat seorang pelajar dari Nusantara, ia bertekad menimba ilmu di negeri yang dikenal dengan pencapaian luar biasanya dalam bidang ilmu pengetahuan luar angkasa.
Athari menuturkan perjalanan kesehariannya: mulai dari adaptasi dengan cuaca ekstrem, interaksi lintas budaya, hingga pencarian makna di balik setiap perjalanannya di kota Moscow.
“Buku ini bukan hanya tentang Rusia. Ini adalah perjalanan batin saya sebagai seorang anak Indonesia yang mencoba memahami makna dari sebuah perjalanan dan arti rumah, tanah air, serta semesta. Dari jarak ribuan kilometer, justru cinta tanah air itu terasa lebih nyata dan lebih kuat,” tutur Athari, yang juga merupakan mahasiswi Program Doktoral di Rusia.
Ia menegaskan bahwa setiap kata yang dituliskannya lahir dari orbit kehidupannya di Moscow, yang menjadi titik pandang baru dalam melihat dunia.
“Judul ini dipilih bukan tanpa alasan. Nusantara merepresentasikan akar, budaya, dan identitas saya sebagai bagian dari Indonesia. Sementara Kosmodrom, pusat peluncuran roket luar angkasa Rusia, menjadi simbol perjalanan menuju cakrawala baru—simbol mimpi dan cita-cita manusia untuk melampaui batas,” tegas Athari.
Setiap bab dalam buku ini merupakan rangkaian perjalanan dan momen yang dilalui untuk menginspirasi pembaca tentang perjuangannya menapaki hidup dan meraih impian, khususnya bagi anak muda di Indonesia.
“Buku ini bukan sekadar buku perjalanan, tetapi juga mengajak pembaca untuk melihat dunia dari ketinggian berbeda—seperti seorang kosmonot yang memandang bumi dari luar angkasa. Dari sana kita menyadari betapa kecil kita di tengah semesta, namun betapa berharganya setiap langkah yang kita ambil,” ujarnya.
Selain itu, buku ini mematahkan stereotip bahwa Rusia adalah negeri dingin dan kaku. Justru Athari menemukan kehangatan dari para gurunya. Buku ini pun ia dedikasikan kepada para pengajarnya di Pushkin Institute, khususnya dua guru bahasa Rusia: Dudakova Taisia Olegovna dan Cekalina Anastasia Sergeevna. Menurut Athari, mereka bukan sekadar pengajar, melainkan penjaga pertama gerbang Rusia bagi para mahasiswa asing seperti dirinya.
“Mereka bukan sekadar pengajar, tetapi penjaga pertama gerbang Rusia bagi kami, para perantau. Mereka mengajar bukan hanya dengan buku dan papan tulis, tetapi juga dengan ketelatenan, ketegasan, dan dukungan di masa-masa sulit kami sebagai pelajar,” kenangnya.
Di sisi lain, Athari berharap kehadiran buku ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda di Indonesia, khususnya yang sedang atau akan menempuh pendidikan di luar negeri, sekaligus membuka mata pembaca untuk melihat Rusia dari sudut pandang yang berbeda. Ia berpesan bahwa perjalanan sejati bukan hanya soal berpindah tempat, melainkan juga perjalanan hati dan pikiran yang menumbuhkan kedewasaan.
“Saya ingin buku ini menjadi jembatan, bukan hanya antara Indonesia dan Rusia, tetapi juga antara manusia dengan dirinya sendiri. Perjalanan membuat kita sadar bahwa kita kecil, namun justru di situlah kita menemukan makna besar dalam hidup,” tutup Athari.