Oleh : Hemilton Esau Pasca Dagama Putra
NIM : 24/548464/PSP/08548
Kabupaten Samosir ibarat permata yang terhampar di tengah Danau Toba, dikelilingi oleh birunya perairan dan hijau pegunungan yang memukau. Terletak di ketinggian 900-1.500 meter di atas permukaan laut, wilayah ini menyuguhkan udara sejuk dengan suhu harian yang nyaman, berkisar 18-26°C. Dengan luas 1.444,25 km², Samosir didominasi oleh perbukitan dan pegunungan vulkanik yang terbentuk dari letusan purba, menciptakan lanskap dramatis yang tak terlupakan. Gunung Pusuk Buhit, puncak tertinggi di Samosir dengan ketinggian 1.982 meter, bukan hanya tempat sakral dalam budaya Batak, tetapi juga saksi bisu kekuatan geologis yang membentuk daerah ini. Lereng-lerengnya yang curam dan tanah vulkanik yang subur menjadi rumah bagi perkebunan sayuran dan kopi, meski juga rentan terhadap erosi. Di sisi lain, Danau Toba yang membentang luas dengan kedalaman mencapai 505 meter, bukan hanya menjadi sumber kehidupan bagi nelayan setempat, tetapi juga jantung pariwisata yang berdetak kuat.
Sebagai pulau vulkanik di tengah Danau Toba - danau tektonik terbesar di Asia Tenggara dengan luas 1.130 km² - Samosir menawarkan panorama alam yang spektakuler. Kontur wilayahnya yang berbukit-bukit, dengan puncak tertinggi Gunung Pusuk Buhit (1.982 mdpl), menciptakan lanskap dramatis yang menjadi daya tarik utama wisatawan domestik maupun mancanegara. Yang membedakan Samosir dari destinasi lain adalah keberadaan Suku Batak Toba sebagai masyarakat asli yang masih mempertahankan tradisi turun-temurun. Warisan budaya material mereka dapat dijumpai dalam berbagai bentuk, mulai dari sarkofagus (kubur batu megalitik) yang berusia ratusan tahun hingga kompleks rumah adat tradisional dengan arsitektur khas. Rumah bolon dengan atap melengkung yang menyerupai tanduk kerbau menjadi ikon arsitektur vernakular yang tidak ditemukan di daerah lain. Keunikan ini menjadikan Samosir sebagai living museum sekaligus destinasi wisata berbasis alam dan budaya yang komprehensif. Data Dinas Pariwisata Samosir (2023) menunjukkan bahwa 65% kunjungan wisatawan didorong oleh ketertarikan terhadap aspek budaya dan sejarah, sementara 35% lainnya datang untuk menikmati keindahan alam. Kombinasi antara daya tarik alam yang memukau dan warisan budaya yang terjaga inilah yang membentuk nilai unggulan pariwisata Samosir di kancah nasional maupun internasional.
Di balik pesona alam serta budayanya yang memukau, Kabupaten Samosir menghadapi tantangan kompleks dalam pembangunan berkelanjutan. Data terbaru dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Samosir (2023) mengungkapkan bahwa 23 dari 128 desa di wilayah ini masih terkendala aksesibilitas akibat topografi bergunung dengan kemiringan lereng mencapai 30-45 derajat. Kondisi ini diperparah oleh terbatasnya infrastruktur transportasi, di mana hanya 42% jalan kabupaten yang beraspal dengan kualitas baik. Sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal juga menghadapi kendala serius. Meskipun memiliki tanah vulkanik yang subur, hanya 12% dari total luas wilayah (sekitar 17.331 hektar) yang layak untuk pertanian intensif. Ironisnya, data BPS (2023) menunjukkan bahwa 65% petani di Samosir berusia di atas 50 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata hanya sampai Sekolah Dasar. Keterbatasan ini berdampak pada rendahnya adopsi teknologi pertanian modern, di mana hanya 15% petani yang menggunakan alat pertanian mekanis. Di sektor pariwisata yang sedang berkembang, keterampilan SDM masih menjadi kendala utama. Survei Dinas Pariwisata (2023) mengungkapkan bahwa hanya 28% pelaku usaha pariwisata yang memiliki sertifikasi kompetensi, sementara kebutuhan tenaga terampil berbasis digital semakin mendesak. Program pelatihan yang ada belum secara efektif menjangkau 47% desa tertinggal, menciptakan kesenjangan kualitas SDM antar wilayah.
Akibatnya, segala potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Samosir belum mampu berkontribusi secara maksimal bagi terciptanya kemandirian ekonomi untuk Kabupaten Samosir. Hal ini terbukti dari audit BPK yang menunjukkan bahwa kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Kabupaten Samosir terhadap total pendapatan daerah masih teramat rendah, yaitu berada di angka 7% - 8%. Hal ini mengakibatkan hadirnya ketergantungan yang tinggi dari Kabupaten Samosir terhadap dana transfer dari pusat, yaitu mencapai angka 95%. Lebih lanjut, Audit BPK juga turut menunjukkan skala kemandirian dari Kabupaten Samosir dengan skala 0,00 hingga 10,00 terbukti menampilkan keterangan “Sangat Kurang”. Artinya, Kabupaten Samosir belum memiliki kemandirian dalam pengelolaan keuangannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Samosir memiliki kerentanan tinggi terhadap perubahan kebijakan nasional terkait alokasi dana transfer dari pemerintah pusat. Meskipun terdapat peningkatan dalam beberapa komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), kenaikan tersebut belum memberikan dampak signifikan dalam mengurangi ketergantungan fiskal. Dengan demikian, stabilitas keuangan daerah masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah pusat, yang sepenuhnya berada di luar kendali pemerintah daerah. Dalam kondisi seperti ini, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan merupakan suatu keharusan agar ketergantungan terhadap dana transfer dapat dikurangi secara bertahap. Dengan demikian, Kabupaten Samosir dapat membangun struktur fiskal yang lebih mandiri dalam jangka panjang.
Berdasarkan analisis Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat beberapa strategi yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan PAD secara signifikan. Kabupaten Samosir membutuhkan pendekatan terintegrasi untuk mengatasi kompleksitas tantangan sekaligus mengoptimalkan potensinya. Solusi infrastruktur dimulai dengan pembangunan jalan alternatif berbahan reinforced soil di 23 desa terisolir, didukung transportasi air bertenaga surya untuk konektivitas antar-pesisir Danau Toba. Sektor pertanian dihidupkan melalui terasering modern dan vertical farming, dilengkapi pusat pelatihan pertanian presisi berbasis IoT yang melibatkan generasi muda. Pariwisata dikembangkan melalui akademi khusus dengan kurikulum trilingual dan manajemen ekowisata, menghasilkan pemandu bersertifikasi nasional yang mahir mempresentasikan kekayaan budaya Batak secara digital. Sistem peringatan dini longsor berbasis AI dipasang di 15 titik rawan, didukung 150 disaster champion terlatih yang menjadikan mitigasi bencana sebagai bagian dari edukasi wisata. Ekonomi kreatif dimajukan lewat pusat inovasi budaya yang mengembangkan ulos ramah lingkungan, kuliner tradisional berkemasan modern, serta pertunjukan seni digital. Perlindungan kekayaan intelektual dijamin melalui teknologi blockchain, sementara energi bersumber dari PLTS terapung 5 MW di Danau Toba dan micro-hydro di tujuh aliran sungai.
Implementasi bertahap dimulai dengan pembenahan infrastruktur dasar dan pelatihan SDM (tahun 1-2), dilanjutkan penguatan ekosistem digital (tahun 3-5), hingga puncaknya sebagai destinasi dunia berkelanjutan (tahun 5-10). Seluruh strategi dirancang berbasis data spasial, mengedepankan pemberdayaan komunitas lokal, dan terukur dampaknya melalui indikator kuantitatif. Dengan pola ini, Samosir tidak hanya mengatasi keterbatasan lahan dan SDM, tapi justru mengubahnya menjadi keunggulan kompetitif yang harmonis dengan alam dan budaya.
Kesimpulannya, peningkatan PAD Kabupaten Samosir memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup aspek fiskal, ekonomi, dan tata kelola. Dengan menerapkan strategi di atas secara konsisten, diharapkan ketergantungan terhadap dana transfer dapat berkurang, sehingga kemandirian fiskal daerah dapat tercapai dalam jangka panjang.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir. (2023). Kabupaten Samosir dalam
Angka 2023.
BPS Provinsi Sumatera Utara. (2023). Statistik Ketenagakerjaan Sumatera Utara 2023.
Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir. (2023). Laporan Kinerja Pariwisata Samosir 2023.